WELCOME TO DARA'S BLOG

Kamis, 10 Mei 2012

Biografi Mr Muhammad Yamin

Muhammad Yamin adalah pahlawan nasional, budayawan, dan aktivis hukum terkemuka Indonesia. Beliau di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 , meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 dan dimakamkan di Talawi, Sawahlunto Sumatera Barat. Beliau banyak menghasilkan karya tulis pada dekade 1920 yang sebagian berbahasa Melayu. Karya tulisnya diterbitkan dalam junal Jong Sumantra. Dibidang Sastra beliau adalah pelopor puisi modern.
Riwayat pendidikan Muhammad Yamin tergolong lengkap, mulai dari Hollands Indlandsche School (HIS), Sekolah guru, Sekolah Menengah Pertanian Bogor, Sekolah Dokter Hewan Bogor, AMS, hingga sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta. M Yamin termasuk salah satu pakar hukum dan penyair terkemuka angkatan pujangga baru. Taufik Abdullah bahkan menganggap Mr Muh Yamin sebagai sejarawan Indonesia terbesar abad ini.

Kiprahnya dalam dunia politik mulai terlihat sejak M Yamin diangkat sebagai ketua Jong Sumatera Bond tahun 1926-1928. Tahun 1931M Yamin bergabung ke partai Indonesia. Setelah ini partai ini di bubarkan, ia mendirikan Partai Gerakan Rakyat Indonesia bersama Adam Malik, Wilopo, dan Amir Syarifuddin. M Yamin kemudian di angkat sebagai anggota Volksraad dan membentuk golongan nasional Indonesia. M Yamin merupakan anggota BPUPKI dan anggota panitia 9 yang akhirnya berhasil merumuskan piagam Jakarta dan menjadi dasar terbentuknya UUD 1945 dan Pancasila. M Yamin amat mencintai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Profesor M Yamin SH pernah diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selain itu, ia juga pernah memegang jabatan berbagai macam menteri dalam kabinet diantaranya menteri pendidikan dan kebudayaan, menteri penerangan dan lain-lain.

Sewaktu menjabat sebagai menteri penerangan beliau wafat. Yamin meninggal dunia di Jakarta dan dikebumikan di Talawi, sebuah kota kecamatan yang terletak 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Sebagai seorang sejarawan, M yamin banyak menulis buku sejarah dan sastra yang cukup di kenal diantaranya Gajah Mada (1945), Sejarah Peperangan Diponegoro, Tan Malaka (1945) Tanah Air (1922), Indonesia Tumpah Darahku (1928), Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Revolusi Amerika, (1951). Berdasarkan SK Presiden RI No.088/TK/1973, M yamin di anugerahi gelar pahlawan nasional.

SMAN 1 Rembang, Kuda Hitam yang Jadi Jawaranya LCC Jateng

MPR RI

Perlahan tapi pasti. Itulah untaian kalimat yang menggambarkan kegigihan anak anak SMAN 1 Rembang di laga final LCC 4 pilar propinsi Jawa Tengah. Bagaimana tidak, setelah sempat ketinggalan skor di babak pilihan benar atau salah n babak rebutan, di pertanyaan pertanyaan akhir babak rebutan berhasil mereka jawab dengan tenang dan sempurna. Membuktikan mental baja yang sesungguhnya manakala sebagian audiens ternyata justru menjagokan SMAN 1 Purwokerto yang harus puas di posisi runner up. Sementara itu SMAN 1 Jepara di peringkat ketiga.

Itulah lomba, layaknya sebuah kompetisi, ajang ini tidak serta merta sekedar ajang menang atau kalah namun memupuk solidaritas dan kekompakan. Seperti halnya yang ditunjukkan oleh juru bicara SMAN 1 Purwokerto ketika menyampaikan pesan dan kesannya, dia justru menganggap bahwa sesungguhnya kekalahan adalah hal yang sangat luar biasa, karena dari kekalahan itu, kita belajar untuk menang yang sesungguhnya dan ia mendukung SMAN 1 Rembang sebagai wakil Jateng untuk membuktikan yang terbaik dengan menjadi juara nasional LCC di Jakarta nanti.

Selasa, 27 Desember 2011

Cerpen Cinta Remaja Sedih - Saat cinta berkata

Narayan gelisah di atas tempat tidurnya. matanya terpejam tapi dia belum tertidur sama sekali.
kadan kadang dia menghela nafas panjang, karena pikirannya sudah terfokus untuk esok hari.
apapun yang akan terjadi besok disekolah adalah hal yang baru untuknya.
---
Tiga hari yang lalu saat sepulang sekolah, di samping kelas XII IPS 2.
Narayan menyatakan cinta.
cinta polos pertamanya kepada Elda.
Tak tergambarkan bagaimana keadaan Narayan hari itu.
Dia biasa berlari pagi sejauh Lima kilometer, tapi tak pernah sulit bernafas seperti ini.
badannya gemetar dan begitupun suaranya.
padahal dia sering mewakili kelasnya berpidato di depan anggota osis, dewan guru dan wali murid yang jumlahnya ratusan.
meski sudah mempersiapkan diri hampir setahun, semuanya terlihat kacau.
dan reaksi balik dari Elda membuatnya hampir pingsan ditempat.
Elda sangat tenang berbeda dengan Aryan.
Elda memeluk buku di tangannya, dan memasang senyum termanis.
sebelum berkata apapun dia menatap lembut mata aryan beberapa menit.
Dan menit-menit yang hening itu merupakan detik-detik terlama untuk aryan.

"Aryan..." elda memulai kalimatnya. aryan hampir terjengkang karena lemas.
"ya...El," jawabnya sok tenang, meski tangannya dari tadi keringat dingin.
"aku perlu berpikir...beri aku tiga hari..." Elda memberikan senyumnya lagi.
"baiklah..." Lalu aryan pulang dengan mengutuk dirinya sendiri.

Dalam perjalanan pulang hari itu kata-kata Fikri menghantui kepalanya.
Fikri adalah teman baik Aryan, dan sekaligus lelaki yang amat beruntung di mata aryan.
pacar dan mantan Fikri banyak. berbanding terbalik dengan aryan yang baru jatuh cinta dua tahun terakhir.
dan karena itulah Fikri adalah guru besar Aryan selama dua tahun terakhir.
"Woi kawan, jika nanti dia minta waktu buat berpikir, kau berilah dia waktu. Tapi pulanglah dengan lapang dada jangan terlalu mengaharap lagi.
karena itu artinya kau telah ditolak kawan."
"kok bisa?" tanya aryan polos.
"menurut gurumu ini, wanita itu suka membuat orang yang menyukainya menderita dulu, hahaha"
lalu Fikri menutup pelajaran hari itu, meninggalkan bon bakso dan es teh seperti biasanya kepada aryan.

Dan pendapat fikri ternyata benar.
hampir dua tahun aryan menunjukkan tanda-tanda dia suka kepada elda.
Hampir satu tahun dia belajar mencari momen dan kata-kata yang pas untuk mengungkapkannya.
setelah hampir jatuh karena gugup masih saja wanita pujaannya menunggu 3 hari untuk melengkapi penderitaannya.
dan menurut fikri jawaban yang akan diberikan elda 3 hari nanti hanyalah satu kata "tidak".
wanita ternyata kadang-kadang bisa juga menjadi kejam.
----

Hari ini Aryan datang terlambat. dia bangun kesiangan karena semalam jam empat pagi baru tertidur. itupun bukan tidur yang dia inginkan.
bisa dikatakan aryan pingsan karena kelelahan. karena tiba-tiba saja dia jatuh tertidur dilantai saat sedang merapikan sprei kasurnya yang berantakan karena dia terlalu kasak-kusuk.

Langkahkahnya goyah, dan wajahnya pucat seharian.
pelajaran apa saja yang dia ajarkan gurunya sama sekali tak masuk dikepalanya.
padahal Fikri sudah mencoba sekuat cara menghiburnya.
fikri membuat lelucon terus menerus.
lalu menuliskan nomor hp cewek jomblo nan cantik di buku catatan aryan.
aryan bergeming.

"Tenang dong, siapa tau kau diterimanya." goda fikri.
Senyum aryan mengembang, lalu dia mencerna kembali kata-kata fikri "siapa tahu?"...
itu artinya 50-50...
kebalikan dari diterima adalah..."DITOLAK".... senyum aryan yang tadi sekejap berubah rata.

Bel terakhir berbunyi, lautan putih abu-abu berhamburan pulang.
aryan berjalan pelan menuju tempat penembakan kemarin.
disana Elda sudah berdiri menunggu dan dia memberikan senyum termanis seperti biasanya.

"Hai, el..." sapa aryan lemah.
"aryan... kamu kok keliatan sakit?" elda menatap wajah aryan dari dekat.
"emh, kemaren lupa makan" jawab aryan malas.
"ugh, jangan gitu dong..." elda menyadari dia berdiri terlalu dekat dengan aryan. aryan pun ikut mundur.
"tentang kemarin..." aryan dan elda ngomong bersamaan. lalu mereka tertawa kecil.
"aku nggak bisa yan..." jawab elda pelan. Aryan hampir rubuh meski telah matang mempersiapkan diri.
"ya...aku ngerti" jawab aryan cepat.
"ngerti?" tanya Elda menggoda.
"yah, aku juga dah siap kok apapun jawaban kamu... meski sakit" kata aryan memegang dadanya.
elda langsung memegang tangan itu. aryan yang tertunduk menatap wajah elda dengan sisa tenaganya.
"aku kan belum selesai ngomong. aku nggak bisa yan, nggak bisa nolak kamu" Elda tersenyum dan menenangkan tangan aryan yang dingin.
Aryan hampir menangis karena bahagia, inilah rasa bahagia yang tak pernah dirasakannya.
mereka berdua berpegangan tangan dalam waktu yang lama.
dan saat berpisah dijalanan mereka mengucapkan janji-janji manis untuk esok.
saat kejauhan pun mereka masih saling menoleh dan saling tersenyum.

Lalu hari ini aryan pulang dengan perasaan bahagia.
meski tubuhnya semakin lemah karna sakit, tapi sepeda itu mampu di pacunya secepat mungkin.
di dalam pikirannya tak mampu di lepasnya bayang senyum Elda.
dia memejamkan matanya sesaat untuk mengingat kembali saat-saat tadi.
dan tanpa sadar sebuah truk yang remnya rusak mendekatinya dari arah belakang.
suara klakson mobil itu meraung-raung, tapi aryan dan sepedanya terlalu berada di pertengahan jalan.

lalu disana yang terdengar hanya bunyi dentuman yang kencang, di sambut pekik histeris warga yang ada disekitarnya...
Sumber : Kumpulan Cerpen dan Puisi

Selasa, 13 Desember 2011

Aku Yang Tersakiti

pernahkah kau merasa jarak antara kita
kini semakin terasa setelah kau kenal dia
aku tiada percaya teganya kau putuskan
indahnya cinta kita yang tak ingin ku akhiri
kau pergi tinggalkanku
tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
memang takkan mudah bagiku tuk lupakan segalanya
aku pergi untuk dia
tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
(walau tak bersama dia)
oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia

by : Judika :')

Sabtu, 10 Desember 2011

Terpaksa Aku Menikahinya


Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus...

#Kisah orang lain..:)

Sabtu, 26 November 2011

Kera Jadi Raja

Sang Raja hutan "Singa" ditembak pemburu, penghuni hutan rimba jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi. Tak berapa seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja yang baru. Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetapi macan tutul menolak. "Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang langgang," ujarnya. "Kalau gitu Badak saja, kau kan amat kuat," kata binatang lain. "Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak pohon berkali-kali." "Oh…mungkin Gajah saja yang jadi Raja, badan kau kan besar..", ujar binatang-binatang lain. "Aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat," sahut gajah.

Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak, "Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh Singa". "Tidak mungkin," jawab tupai. "Coba kalian semua perhatikan aku…, aku mirip dengan manusia bukan ?, maka akulah yang cocok menjadi raja," ujar kera. Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera sama sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.

Penghuni binatang menjadi kesal, terutama serigala. Serigala berpikir, "bagaimana si kera bisa menyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak". Serigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera. "Tuanku, saya menemukan makanan yang amat lezar, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu," ujar serigala. Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama serigala. Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya ternyata jebakan yang dibuat manusia. "Tolong…tolong," teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa keluar dari perangkap.

"Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak dalam perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera mana bisa melindungi rakyatnya," ujar serigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera, seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa tangkapannya ke rumah.

Gombal OVJ


Kata-Kata Rayuan

Kata-Kata Rayuan ala OVJ

- Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2 sih!

- Orangtuamu pengrajin bantal yah? Karena terasa nyaman jika di dekatmu.

- Sekarang aku gendutan gak sih ? kamu tau gak kenapa ? soalnya km udah mengembangkan cinta yang banyak dihatiku

- Tau ga knapa malem ini ga ada bintang ?? soalnya bintangnya pindah semua ke matamu?

- Jangan GR deh. Aku kangen kamu sedikit aja kok. Sedikit berlebihan maksudnya.

Cowok: Maaf mbak, jangan terlalu lama duduk dikursi itu, pindah deket saya saja?
Cewek: Loh? Emangnya kenapa??
Cowok: Biar gak dikerubung semut.. soalnya mbak manis sich?

Cowok : Aku didiagnosa Sakit jantung.
Cewek : Hah! Kok bisa?
Cowok : Iya. Jantungku selalu berdegup kencang bila dekat denganmu.

Cowok : Kemarin aku ke dokter mata. Kamu tau apa kata dokter?
Cewek : Apa? Parah?
Cowok : Kata dokter ada kamu di mataku.

Cowok : Kamu punya kunci apa aja sih?
Cewek : Kunci rumah, kunci mobil, kunci lemari. Emang ada apa?
Cowok : Punya nggak kunci untuk membuka hatimu kepadaku?

Cowok : Kamu punya peta nggak?
Cewek : Peta apa?
Cowok : Peta hatimu. Karena aku tersesat dan tak bisa keluar dari hatimu.

- Bapak kamu pasti seorang astronot ??? Soalnya aku melihat banyak bintang di matamu.

- Kamu pasti kuliah di seni pahat ya ??? Soalnya kamu pintar sekali memahat namamu di hatiku.

- Kakekmu pasti penambang ya ??? Soalnya banyak berlian di matamu.

- Kamu Mantan pencuri ya ??? Abisnya kamu mencuri hatiku sih!

Cowok : Aku suka senyum-senyum sendiri lho.
Cewek : Hah .. Gila Ya
Cowok : Nggak. Aku sedang mikirin kamu.

- Setiap malam aku berjalan-jalan di suatu tempat. Kamu tau di mana itu ? Di hatimu.

- Kamu merasa gempa gak ??? ada kamu yang mengguncang hatiku sih.

-Kamu pake Indosat ya ??? Karena sinyal-sinyal cintamu sangat kuat sampai ke hatiku.


Kata-Kata Rayuan Gombal

- Tak mungkin aku berhenti mencintaimu. Aku hanya bisa belajar hidup tanpamu.

- Aku pengen bersamamu cuma pada dua waktu: SEKARANG dan SELAMANYA.

- Kau begitu kucinta, hingga ketika bersamamu mati seperti bisa kutunda, dan tanpamu, hidup serasa tiada guna.

- Aku nggak menangis karena kehilanganmu, tapi mengetahui kau tak pernah berusaha mencegahku pergi

- Aku tak pernah tau kebahagiaan sesungguhnya, sampai ketika aku mendapatkan cintamu. Dan aku tak pernah tau derita sebenarnya, sampai aku kini kehilangan itu. Terima kasih telah mengenalkanku pada kedua rasa yang tak akan kulupa.

- Aku selalu berusaha tak menangis karenamu, karena setiap butir yang jatuh, hanya makin mengingatkan, betapa aku tak bisa melepaskanmu.

Kata-Kata Rayuan Gombal Ngawur

co:Bapakmu , ,, , Penjual GAS eLPeGe ya?
ce:kok tau
co:karna kau telah meledakkan hatiku(gajeee)
Cowok : eee bapak kamu pasti tukang servis kipas angin ya…?

Cewek : kok tahu sih
Cowok : karena kamu telah menyejukan hatiku……….(seger)

Co: bapakmu...., punya PB ea.,
ce: kok tau..,?
Co: karna kau tlah mengHEADSHOOTkan hatiku (agak ngawur)

A : Bapak kamu maling ya???
B : Lhoo.. lhoo.. lhoo.. kok tau???
A : TV di rumahku ilang...(Ngawur ni , yg bener no.5)

co:bapakmu maling ya ?
ce:bukan , emang kenapa?
co:karna kau telah mencuri hatiku(Ini bener :D)

Cowok : eee kamu pasti suka gaya Briptu Norman ya……?
Cewek : kok tahu sih
Cowok : karena kamu telah menchaiyya – chaiyyakan hatiku…..

co: bapakmu astronot ya?
ce : kok tau sih?
co : habis mukamu kaya neil amstrong(haha)

Cowok: bapak mu penjual sapu ya?
Cewek: stt jangan keras2. Iya, emang kenpa bang.
Cowok: karna, kau telah menyapu semua cewek di hati ku. Hingga yg tersisa hanya km

Cewek: #makan sapu (sedikit gajee)
cowok: bapak kamu tukang bakso ya?
cewek: iya, ko tau?
cowok: iya, soalnya tadi aku liat grobaknya di ujung gang
cewek: "...." #kemudianhening(Jangan ditiru xixixi)

co : bapakmu penjual lampu yaa ?
ce : ko tau ? emang knapa ?
co : karena kamu telah mnyinari hatiku !(petromax kalee xixixi)


Kata-Kata Rayuan Gombal Lucu

” sayang…, coba lihat rembulan malam itu..! , begitu sangat indah… seindah tahi lalat didekat hidungmu..! ”

” sungguh memang indahnya ciptaan sang tuhan!, sampai aku begitu sangat terpesona melihat garis senyum manismu sayang.., ”

” haloo…hany.. kamu lagi ngapain..? , han… aku kangen banget….sama Jerawat kamu ”

” Jalan ini terang…namun sepi, Bunga itu harum…namun layu, Bumi ini luas…namun terbatas, tanpa SMS darimu sayang….”

” Andai saja detik waktu ini dapat aku hentikan.., aku pasti akan selalu berada disampingmu sayang…tanpa harus diusir sama babehmu..!”